Assalamualaikum, Shalom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan
Dibeberapa hari kemarin hingga hari tadi, jagat nasional dihebohkan dengan kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Dan tentu saja kunjungan ini menjadi suatu kebanggaan bagi kita semua, karena ini menjadi kunjungan yang sangat berarti terkhusus bagi umat kristiani karena dapat merayakan Misa Akbar bersama dengan Paus Fransiskus. Dan adapun hal yang melatar belakangi kedatangan beliau ke indonesia, dikutip dari
CNBC Indonesia ujar Yaqut selaku ketua kemeng RI, "kedatangan beliau tidak lain untuk memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Vatikan dan menjadikan Indonesia sebagai barometer kehidupan beragama yang rukun dan damai,"
Akan tetapi sangat disayangkan dibalik kebahagiaan ini, ada sebagian orang yang mungkin merasa tidak berkenan untuk menerima kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Dan saat ini, dunia maya ramai membicarakan kedatangan pemimpin Gereja Katolik dunia ke Indonesia. Pro dan kontra pun muncul, bahkan informasi-informasi hoaks mulai beredar di media. Salah satu hoaks yang tersebar di X Twitter menyebutkan bahwa misi utama kedatangan Paus Fransiskus adalah untuk melegalkan LGBT atau pernikahan sesama jenis.

Sumber;
X-TwitterNamun, ini adalah berita hoaks. Informasi tersebut sebenarnya berasal dari tahun 2023
(sindonews.com), dan pernyataan yang dikaitkan dengan Paus Fransiskus disampaikan di Vatikan, bukan di Indonesia. Selain itu, tidak ada bukti bahwa kedatangan Paus ke Indonesia terkait dengan isu tersebut. Masyarakat perlu lebih berhati-hati dalam menerima informasi, dan penting untuk memverifikasi setiap berita agar tidak mudah termakan hoaks.di Indonesia.
Lebih dari itu, penting untuk memahami bahwa agenda resmi kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia berfokus pada dialog antaragama, perdamaian, dan penguatan nilai-nilai kemanusiaan.
Ini baru satu isu dari banyak isu yang disebarluaskan di media sosial, dan mungkin masih banyak isu lainnya mengenai kedatangan beliau ke Indonesia. Lalu apakah menurut Anda, isu-isu seperti ini sengaja diangkat untuk memecah belah, atau lebih karena kesalahpahaman? Bagaimana kita sebagai masyarakat dapat lebih kritis dalam menyikapi berita seperti ini?