Separuh warga Indonesia tak mampu beli makanan sehat, bisakah MBG menjadi solusi

[Maaop7]

 setau ane, Sekitar 43,5 persen penduduk Indonesia, atau setara dengan 123 juta orang, masih tidak mampu membeli makanan sehat pada tahun 2024, menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2025.
dan Di tengah kemiskinan yang kian mempersempit akses terhadap gizi layak, muncullah pertanyaan: bisakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menjadi jawaban, atau justru sekadar solusi sementara atas masalah yang lebih mendasar?
bagaimana menurut agan-agan ?

[indah rezqi]

Saya pikir MBG bukan solusi utama untuk masalah pemenuhan Gizi warga Indonesia, karena berdasarkan tujuannya program MBG tersebut cuma menyasar anak sekolah, ibu hamil dan ibu menyusui. Namun setidaknya dengan adanya MBG, sebagain masalah pemenuhan gizi menjadi teratasi. Kita tahu sebelum program tersebut berjalan, ada banyak program lainnya yang hampir mirip dan sudah pernah di gagas oleh Pemerintah seperti posyandu, tetapi MBG termasuk yang paling bagus karena menjangkau seluruh anak-anak di berbagai usia.

Sementara itu, jika MBG bisa berjalan dalam jangka panjang sesuai dengan yang di harapkan, artinya tepat sasaran, saya pikir program tersebut dapat menjadi solusi untuk permasalahan Gizi Nasional. Pemerintah tentu punya program lainnya yang mendukung untuk menyelesaikan masalah yang sama, dan bisa jadi ini menjadi awal yang bagus untuk pembangunan kualitas SDM Indonesia kedepannya. Saya berharap Pemerintah dapat meningkatkan pengawasan terhadap potensi tindakan korupsi dalam program MBG ini, supaya semuanya tepat sasaran.

[PokerDiceMan]

setau ane, Sekitar 43,5 persen penduduk Indonesia, atau setara dengan 123 juta orang, masih tidak mampu membeli makanan sehat pada tahun 2024, menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2025.
dan Di tengah kemiskinan yang kian mempersempit akses terhadap gizi layak, muncullah pertanyaan: bisakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menjadi jawaban, atau justru sekadar solusi sementara atas masalah yang lebih mendasar?
bagaimana menurut agan-agan ?

kalau ga mampu beli makanan bergizi pemerintah buat lah lapangan perkerjaan yang seluas2nya jadi masyarakat bisa cari makan sendiri bisa memenuhi kebutuhan nya sendiri bukan ngasih program makan bergizi gratis
itu pun kan hanya untuk anak2 sekolah, yang benaran ga mampu malah pada ga sekolah hidup di jalanan cari nafkah untuk membantu orang tua nya. jadi bisa di katakan kurang tepat sasaran
kalau lapangan kerja sempit yang dewasa pun susah makan apa lagi yang sudah manula dan tua

[Maaop7]

setau ane, Sekitar 43,5 persen penduduk Indonesia, atau setara dengan 123 juta orang, masih tidak mampu membeli makanan sehat pada tahun 2024, menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2025.
dan Di tengah kemiskinan yang kian mempersempit akses terhadap gizi layak, muncullah pertanyaan: bisakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menjadi jawaban, atau justru sekadar solusi sementara atas masalah yang lebih mendasar?
bagaimana menurut agan-agan ?

kalau ga mampu beli makanan bergizi pemerintah buat lah lapangan perkerjaan yang seluas2nya jadi masyarakat bisa cari makan sendiri bisa memenuhi kebutuhan nya sendiri bukan ngasih program makan bergizi gratis
itu pun kan hanya untuk anak2 sekolah, yang benaran ga mampu malah pada ga sekolah hidup di jalanan cari nafkah untuk membantu orang tua nya. jadi bisa di katakan kurang tepat sasaran
kalau lapangan kerja sempit yang dewasa pun susah makan apa lagi yang sudah manula dan tua

nah ini ane setuju dengan pendapat ente,dari pada mengadakan progam MBG ini lebih baik pemerintah buka lowongan kerja sebesar2 nya, sekrang di kita ini lebih banyak yang pengangguran.
dengan berkurangnya penagganguran dan akan berkurang juga yang kelaparan, dan makan bergizi gratis juga bisa teratasi dengan mgurangnya pengangguran.

[panjul07]

nah ini ane setuju dengan pendapat ente,dari pada mengadakan progam MBG ini lebih baik pemerintah buka lowongan kerja sebesar2 nya, sekrang di kita ini lebih banyak yang pengangguran.
dengan berkurangnya penagganguran dan akan berkurang juga yang kelaparan, dan makan bergizi gratis juga bisa teratasi dengan mgurangnya pengangguran.

Kalo ane lebih sreg kalo anggaran buat MBG itu displit entah 50:50, 60:40 atau sebagainya yang mana dibagi buat program MBG itu tetap berjalan tapi diprioritaskan untuk anak2 yang benar2 membutuhkan saja khususnya didaerah2 pelosok sana dan yg sebagian lagi digunakan untuk membuka lapangan kerja.
Tidak bisa dipungkiri di banyak daerah, masih banyak anak2 yang makan cuma seadanya tanpa nilai gizi yang mencukupi, nah MBG seharusnya difokuskan untuk yang seperti ini saja dari pada diratakan seluruh daerah bahkan semua sekolah yang mana kurang efektif.
Ke pertanyaan utama apakah MBG bisa jadi solusi untuk yang sampean tanyakan, ane sih ragu kalo ini bisa mengatasi permasalahan itu karena yang dijangkau MBG cuma anak2 sekolah, ibu hamil, dll.

[masulum]

kalau lapangan kerja sempit yang dewasa pun susah makan apa lagi yang sudah manula dan tua

Lapangan kerja asal ga pilih-pilih sebenarnya ada aja mas, kebanyakan sekarang itu pada pilih-pilih. Jadi kuli malu, jadi buruh tani juga ga mau. Di desa saya yang cukup plosok, meskipun kondisi ekonomi sulit, mereka yang dewasa masih bisa mencari nafkah karena tidak segan untuk jadi buruh dan kuli. Sedangkan yang muda-muda memang banyak yang nganggur karena kebanyakan dari mereka enggan menjadi buruh atau kerja berat. Mereka yang lulusan SMA ga mau kerja kalau bukan ke pabrik, ga mau jualan jajanan. Sedangkan yang mau jualan jajanan anak sekolah tidak ada yang mengeluh kesulitan untuk beli makanan. kembali pada diri sendiri sih mas, kalau pilih-pilih pekerjaan memang tidak akan bisa dapat pekerjaan.

[Renampun]

MBG gak akan menyelesaikan masalah tersebut karena seharusnya masalah masyarakat yg tidak bisa membeli makanan sehat itu bisa diselesaikan jika pemerintah bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata, karena akar masalahnya dari pendapatan masyarakat yg begitu rendah, sehingga mereka tidak punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk makanan bergizi, dan ujungnya kebanyakan masyarakat hanya membeli makanan yg yang murah dan tidak sehat, yg penting asal kenyang aja, soal urusan gizi itu nomor dua, terpenting lambung terisi dulu. coba saja jika pendapatan sehari-hari hanya cukup untuk makan, bagaimana mungkin mereka bisa memikirkan makanan sehat, apalagi harga bahan makanan bergizi jauh lebih mahal, itu membuat kebanyakan orang lebih memilih untuk membeli apa yg mereka sanggup saja.

[traderethereum]

Masyarakat sekarang lebih memikirkan tentang bagaimana mereka bisa makan dengan baik. Tentang urusan gizi, mereka tidak merasa itu sesuatu yang sifatnya wajib. Maksudnya selama mereka bisa makan wajar, walaupun hanya dengan lauk seadanya, mereka yakin mereka bisa tetap sehat. Mereka baru akan membeli makan dengan lauk yang lebih ketika mereka sudah memiliki uang.

Untuk MBG, itu lebih dikhususkan untuk anak-anak sekolah ibu hamil dan ibu menyusui tapi sayangnya, sampai saat ini sepertinya hasilnya belum memuaskan dan masih perlu penanganan serius yang lebih dari pihak pemerintah.

Kalau menurut saya, program MBG ini bisa diteruskan tapi juga diiringi dengan program pembukaan lapangan kerja seluas-luasnya supaya jumlah pengangguran bisa ditekan. Tapi kalau dari masyarakatnya sendiri terkesan pilih-pilih kerjaan ya susah juga apalagi yang maunya terlalu muluk-muluk. Padahal dengan kerja seadanya dulu sambil mencari lowongan pekerjaan yang lebih baik bisa dilakukan dan dengan kerja seadanya, setidaknya mereka bisa mendapatkan pengalaman kerja. Faktor pengalaman kerja ini mau tidak mau harus diperhatikan karena perusahaan masih mengutamakan pengalaman kerja dibanding yang tidak memiliki pengalaman kerja.

Atau kalau mereka memiliki keahlian di bidang tertentu, mereka bisa mencari pekerjaan dari internet. Di zaman teknologi seperti sekarang, mau tidak mau mereka dituntut untuk lebih kreatif dalam mencari pekerjaan apalagi jika mereka mencari pekerjaan dari internet.

[Rashlyowl]

Bisakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menjadi jawaban, atau justru sekadar solusi sementara atas masalah yang lebih mendasar?

Program MBG bisa menjadi solusi awal & mendasar atas masalah tersebut. Kalau program ini berjalan terus, anak-anak Indonesia setidaknya bisa tercukupi gizinya. Namun saya ragu program ini bisa terus berjalan setelah Prabowo tidak lagi menjadi pemimpin negara. Itulah kekurangan dari demokrasi, pergantian kepemimpinan yang terbilang cepat (hanya 5 tahun) membuat negara kita sulit memfokuskan pengentasan masalah dasar.

[Nahl]

Melihat dari beberapa kasus MBG yang keracunan dan juga banyak yang bilang menu-menu MBG yang jauh dari kata standar gizi maka bisa dikatakan kalau MBG bukanlah solusi untuk masyarakat indonesia dalam mendapatkan makanan bergizi atau makanan sehat dan memang tujuan dari dibuatnya program MBG ini karena pemerintah ingin membrantas gizi buruk dan juga ingin agar anak-anak indonesia lebih cerdas karena dengan makanan bergizi maka otomatis membuat para siswa lebih pintar tetapi realitanya tidak seperti itu dan perlu evaluasi lebih dalam untuk program ini agar kedepannya lebih baik, mengenai MBG kebetulan saya tinggal dekat sekolahan dan karena ada kelebihan quota maka saya dikasih makanan MBG dan kalau melihat menu-menunya memang jauh dari kata standar dan ini juga yang membuat sebagian siswa tidak memakan MBG tersebut karena contohnya lauk pauk yang kurang enak rasanya dan membuat para siswa malas untuk makan menu-menu dari MBG

[rangga28]

setau ane, Sekitar 43,5 persen penduduk Indonesia, atau setara dengan 123 juta orang, masih tidak mampu membeli makanan sehat pada tahun 2024, menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2025.
dan Di tengah kemiskinan yang kian mempersempit akses terhadap gizi layak, muncullah pertanyaan: bisakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menjadi jawaban, atau justru sekadar solusi sementara atas masalah yang lebih mendasar?
bagaimana menurut agan-agan ?

menurut saya program MBG itu tentu saja bisa menyelesaikan masalah gizi bagi sebagian penduduk/anak-anak indonesia terutama bagi mereka yang masih dibawah garis kemiskinan ekstrim. namun apakah MBG itu bisa berlaku selamanya? tentu saja tidak sebab itu lebih kepada program pemerintah era sekarang yang mungkin hanya bertahan sampai 5 tahun saja. namun jauh lebih daripada itu pemerintah juga harus memikirkan solusi lain yang betul-betul tepat sasaran dan berkelanjutan.

saya melihat program MBG itu sebenarnya cukup bagus hanya saja pengelolaanya harus ditinjau ulang karena sangat tidak efesien secara keseluruhan dan sepertinya lebih baik diberikan dana langsung sehingga lebih tepat sasaran, asalkan  para orang tua tidak mengguanak uang itu ke hal lain diluar keperluan si anak itu sendiri.

[Bitinity]

Melihat dari beberapa kasus MBG yang keracunan dan juga banyak yang bilang menu-menu MBG yang jauh dari kata standar gizi maka bisa dikatakan kalau MBG bukanlah solusi untuk masyarakat indonesia dalam mendapatkan makanan bergizi atau makanan sehat dan memang tujuan dari dibuatnya program MBG ini karena pemerintah ingin membrantas gizi buruk dan juga ingin agar anak-anak indonesia lebih cerdas karena dengan makanan bergizi maka otomatis membuat para siswa lebih pintar tetapi realitanya tidak seperti itu dan perlu evaluasi lebih dalam untuk program ini agar kedepannya lebih baik, mengenai MBG kebetulan saya tinggal dekat sekolahan dan karena ada kelebihan quota maka saya dikasih makanan MBG dan kalau melihat menu-menunya memang jauh dari kata standar dan ini juga yang membuat sebagian siswa tidak memakan MBG tersebut karena contohnya lauk pauk yang kurang enak rasanya dan membuat para siswa malas untuk makan menu-menu dari MBG

Lebih parahnya adalah ketika yang punya program ini entah beliau sebagai pribadi atau sebagai kepala negara, cuma melihat dari segi prosentase berapa banyak yg sudah menerima MBG dibandingkan dengan anak2 yang mengalami keracunan yang memang bisa dibilang kecil. Tapi secara nalar akal sehat, itu tidak bisa dijadikan tolak ukur tingkat kesuksesan program ini karena harusnya kesuksesan program ini adalah tentang seberapa efektik peningkatan gizi anak dibandingkan dari sebelum dan sesudah menerima MBG. Ya tentunya ini butuh pengecekan yang detail dari para ahli kesehatan, benarkan anak2 penerima MBG ini ada peningkatan gizi atau tidak. Kalau ada peningkatan yang signifikan ya bisa dibilang program ini sukses, tp kalo peningkatannya sangat kecil ya berarti cuma buang2 anggaran saja atau bisa dibilang cuma memberikan lahan basah buat para pemilik SPPG/Yayasan.

[@nn@_pen9]

setau ane, Sekitar 43,5 persen penduduk Indonesia, atau setara dengan 123 juta orang, masih tidak mampu membeli makanan sehat pada tahun 2024, menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2025.
dan Di tengah kemiskinan yang kian mempersempit akses terhadap gizi layak, muncullah pertanyaan: bisakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menjadi jawaban, atau justru sekadar solusi sementara atas masalah yang lebih mendasar?
bagaimana menurut agan-agan ?

Kalau konteksnya keluarga miskin 123 juta yang tidak mampu membeli makan sehat, mbg menurut saja bukan solusi yang tepat. Mungkin lebih tepatnya, pemerintah sebaiknya mengintegrasikan MBG dengan program memberi subsidi uang ke keluarga miskin seperti Kartu Sembako atau subsidi pupuk ataupun lainnya menurut saya ini lebih masuk akal dan tepat sasaran. Karena MBG lebih fokus pada anak sekolah, sehingga tidak menjangkau seluruh anggota keluarga yang terdampak kemiskinan gizi. Dan potensi kebocoran anggaran dan korupsi bisa di pastikan tidak ada.

[red4slash]

MBG tidak akan bisa mengkover secara keseluruhan meskipun mungkin benar bahwa ini bisa sedikit mengurangi tetapi sasaran MBG tentu saja hanya kepada ibu hamil, balita dan anak di usia sekolah sehingga pada akhirnya ini tidak akan bisa menjadi solusi secara keseluruhan tetapi memang akan ada sedikit dampak dimana mereka yang kekurangan akan terbantu dengan hal tersebut dimana MBG bisa menjadi sebuah kondisi untuk meminimalisir dan memperkecil persentase yang ada.

Selain itu, kita juga pasti sadar bahwa pada akhirnya kondisi seperti ini juga menjadi 50/50 juga karena sekalipun temanya adalah MBG tetapi sampai saat ini masih banyak sekali dapur untuk SPPG terkadang cukup asal dalam hal makanan atau pemenuhan gizi yang menjadi prioritas untuk MBG karena kita tahu masih ada banyak sekali oknum nakal yang mengganti beberapa menu yang bahkan tidak layak yang membuat makanan yang seharusnya sebagai syarat pemenuhan gizi justru menjadi sebuah kondisi yang terkesan disepelekan.
Itu juga menjadi pertimbangan sekaligus program ini adalah program yang bagus karena memberikan beberapa keuntungan seperti gizi gratis, mereka yang terbantu dengan makanan maupun lapangan pekerjaan tetapi disisi lain perlu adanya kondisi yang lebih dari itu untuk membuat situasinya menjadi terkontrol dengan baik.

[Oneandpure]

Mengenai kemungkinan bisakan MBG menjadi solusi makanan sehat untuk masyarakat Indonesia? saya rasa jelas tidak sama sekali karena MBG hanya diberikan untuk anak balita dan yang masih sekolah sedangkan jutaan masyarakat lainnya tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Imbas paling berdampak dari MBG tentunya banyak alokasi anggaran di beberapa sektor penting di pangkas untuk menambah anggaran di MBG, kalau menurut saya pemerintah sebaiknya mencari solusi yang tepat seperti membuka lapangan kerja dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membeli bahan pokok dengan harga terjangkau. MBG hanya solusi instan dengan target penerima hanya beberapa persen saja bukan mencakup keseluruhan masyarakat Indonesia yang sulit menyediakan makan bergizi untuk keluarga mereka.

[$anounimus$]

Saya pikir MBG bukan solusi utama untuk masalah pemenuhan Gizi warga Indonesia, karena berdasarkan tujuannya program MBG tersebut cuma menyasar anak sekolah, ibu hamil dan ibu menyusui. Namun setidaknya dengan adanya MBG, sebagain masalah pemenuhan gizi menjadi teratasi. Kita tahu sebelum program tersebut berjalan, ada banyak program lainnya yang hampir mirip dan sudah pernah di gagas oleh Pemerintah seperti posyandu, tetapi MBG termasuk yang paling bagus karena menjangkau seluruh anak-anak di berbagai usia.

Sementara itu, jika MBG bisa berjalan dalam jangka panjang sesuai dengan yang di harapkan, artinya tepat sasaran, saya pikir program tersebut dapat menjadi solusi untuk permasalahan Gizi Nasional. Pemerintah tentu punya program lainnya yang mendukung untuk menyelesaikan masalah yang sama, dan bisa jadi ini menjadi awal yang bagus untuk pembangunan kualitas SDM Indonesia kedepannya. Saya berharap Pemerintah dapat meningkatkan pengawasan terhadap potensi tindakan korupsi dalam program MBG ini, supaya semuanya tepat sasaran.

Program MBG sebenarnya cukup bagus hanya saja tata cara pengelolaannya harus bisa berjalan efektif dan anak-anak benar-benar mendapatkan asupan gizi yang standar secara merata. Memang  untuk tahun pertama kita harus memahami jika ada beberapa kekurangan dan itu harus diperbaiki untuk selanjutnya.

Program MBG itu juga memberikan multi efek lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga mampu membuka lapangan kerja baru. Jadi meski pro kontra tetap terjadi tetapi pemerintah harus konsisten terhadap program nasional tersebut dan harus benar-benar sesuai dengan road map.

[LastKiss]

bisakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menjadi jawaban, atau justru sekadar solusi sementara atas masalah yang lebih mendasar?
bagaimana menurut agan-agan ?

Dengan jumlah 123 juta orang dan MBG yang sekarang berjalan untuk para murid yang berjumlah lebih dari 50juta murid (source: Google) berarti butuh lebih dari 2x dana untuk memenuhi jumlah 123 juta orang itu. kalau menurut saya program MBG untuk penduduk sebesar itu tidaklah sebuah solusi melainkan lebih baik menyediakan lapangan pekerjaan yang mumpuni. Ini bakal menjadi tantangan pemerintah Indonesia untuk memikirkan bagaimana caranya agar para masyarakat bisa membeli makanan sehat

Selain menyediakan lapangan pekerjaan, pemerintah juga harus memikirkan apakah harga pangan menjadi salah satu penyebabnya yang membuat masyarakat lebih sulit untuk membelinya, lalu ada harga - harga lainnya yang kemudian akan naik juga dari tahun ke tahun. Jangan lupa juga dengan skala 50 juta murid banyak dapur MBG sudah kewalahan yang menyebabkan turunnya kualitas MBG apalagi ketika jumlah itu dinaikkan ke 123 juta orang, tidak kebayang seperti apa nantinya.

[Nahl]

Program MBG sebenarnya cukup bagus hanya saja tata cara pengelolaannya harus bisa berjalan efektif dan anak-anak benar-benar mendapatkan asupan gizi yang standar secara merata. Memang  untuk tahun pertama kita harus memahami jika ada beberapa kekurangan dan itu harus diperbaiki untuk selanjutnya.

Program MBG itu juga memberikan multi efek lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga mampu membuka lapangan kerja baru. Jadi meski pro kontra tetap terjadi tetapi pemerintah harus konsisten terhadap program nasional tersebut dan harus benar-benar sesuai dengan road map.

Kalau berbicara tentang membuka lapangan pekerjaan yang baru saya rasa program MBG bisa menciptakan hal tersebut dan kita semua tahu sejak program ini diluncurkan perlahan tapi pasti banyak dapur-dapur MBG yang membuka lowongan pekerjaan yang kalau untuk sekarang ini istilahnya bekerja sebagai tukang cuci ompreng dan koki-koki di program MBG dan memang kalau di lihat untuk hal yang seperti ini terbilang sukses untuk setidaknya mengurangi angka pengangguran biarpun belum signifikan tetapi setidaknya sedikit mengurangi dan cukup banyak orang yang terbantu karena mereka sekarang mempunyai pekerjaan biarpun upahnya tidak sebesar kerja ditempat lain setidaknya bekerja di dapur MBG bisa membuat mereka membeli kebutuhan sehari-hari

[reagansimms]

kalau lapangan kerja sempit yang dewasa pun susah makan apa lagi yang sudah manula dan tua

Lapangan kerja asal ga pilih-pilih sebenarnya ada aja mas, kebanyakan sekarang itu pada pilih-pilih. Jadi kuli malu, jadi buruh tani juga ga mau. Di desa saya yang cukup plosok, meskipun kondisi ekonomi sulit, mereka yang dewasa masih bisa mencari nafkah karena tidak segan untuk jadi buruh dan kuli. Sedangkan yang muda-muda memang banyak yang nganggur karena kebanyakan dari mereka enggan menjadi buruh atau kerja berat. Mereka yang lulusan SMA ga mau kerja kalau bukan ke pabrik, ga mau jualan jajanan. Sedangkan yang mau jualan jajanan anak sekolah tidak ada yang mengeluh kesulitan untuk beli makanan. kembali pada diri sendiri sih mas, kalau pilih-pilih pekerjaan memang tidak akan bisa dapat pekerjaan.

Benar sekali mas, yang bikin sulit itu gengsi, sebenarnya asal gak terlalu muluk-muluk dalam memilih, ada aja pekerjaan, masalah pekerjaan yang enak dan gampang itu nomor dua. Sama juga seperti di desa saya, mereka memiliki sudut pandang yang lebih realistis dan tidak terlalu pilih-pilih pekerjaan karena fokusnya untuk mencari nafkah demi membantu setiap kebutuhan keluarganya.
Saya juga setuju, seandainya tidak terlalu pilih-pilih pekerjaan, pasti ada banyak peluang yang bisa diambil, ini juga bukan tentang sesuai selera, selama memiliki kemauan untuk bekerja keras akan mendapat hasil yang memuaskan.

[wakier]

Saya rasa memang itulah penyebab terbentuknya program MBG karena kalau tidak salah zamannya jokowi banyak anak anak yang mengalami stunting, kecerdasan menurun yang di sebabkan kurangnya gizi yang seimbang dan khawatir jika hal ini terus berlanjut bisa membuat generasi di indonesia semakin buruk dan tertinggal dari negara lain. Adanya program ini bisa mengurangi stunting, menjaga kesehatan dan bisa meningkatkan kecerdasan anak sehingga melahirkan generasi yang cerdas untuk masadepan negara kita, sekarang dengan adanya MBG orangtua yang miskin secara ekonomi bisa terbantu.

setau ane, Sekitar 43,5 persen penduduk Indonesia, atau setara dengan 123 juta orang, masih tidak mampu membeli makanan sehat pada tahun 2024, menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2025.
dan Di tengah kemiskinan yang kian mempersempit akses terhadap gizi layak, muncullah pertanyaan: bisakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menjadi jawaban, atau justru sekadar solusi sementara atas masalah yang lebih mendasar?
bagaimana menurut agan-agan ?

kalau ga mampu beli makanan bergizi pemerintah buat lah lapangan perkerjaan yang seluas2nya jadi masyarakat bisa cari makan sendiri bisa memenuhi kebutuhan nya sendiri bukan ngasih program makan bergizi gratis
itu pun kan hanya untuk anak2 sekolah, yang benaran ga mampu malah pada ga sekolah hidup di jalanan cari nafkah untuk membantu orang tua nya. jadi bisa di katakan kurang tepat sasaran
kalau lapangan kerja sempit yang dewasa pun susah makan apa lagi yang sudah manula dan tua

Sebenarnya banyak kok pekerjaan cuma emang terkadang masyarakatnya yang suka pilih pilih kerjaan pengennya yang gajinya besar dan lingkungan kerjaan nyaman padahal kalau mau kerja kaya gitu kan emang persyatannya ga gampang selalu ada batasan usia dan juga pengalaman di butuhin kalau untuk pekerjaan biasa sebenarnya banyak tapi ya itu biasanya gajinya cuma standar UMK kadang malah di bawahnya, tapi semenjak ada MBG ini bukannya malah buka lapangan pekerjaan juga ya? Buktinya banyak yang bekerja disana dan gajinya juga sesuai standar banyak ibu ibu atau bapak bapak yang bekerja di sana yang awalnya cuma buruh tani, ibu ibu rumah tangga yang sulit nyari pekerjaan karna faktor umur, dan penghasilannya ga seberapa dan mungkin sekarang bisa makan enak, program MBG ini tergantung dari sudut pandang oranglain kalau memandang positif program ini bagus kok yang ga bagus kalo anggaran buat MBG di korupsi